Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dengan Pola Tani Agroforestry



Kegiatan manusia telah menyebabkan terjadinya peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang menimbulkan terjadinya fenomena pemanasan global dan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Peningkatan konsentrasi karbondioksida dan gas lainnya, yang dikenal sebagai gas rumah kaca, membuat atmosfer menahan lebih banyak panas dari matahari, sehingga meningkatkan suhu di bumi yang mengakibatkan pemanasan global. Karbon dioksida memiliki pengaruh yang lebih sebar dibandingkan dengan gas yang lain pada pemasan global, karena proporsi yang lebih banyak di atmosfer. 

Dampak perubahan iklim akan sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Hal ini diakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap hutan, baik untuk pernyediaan makan, tempat tinggal, obat-obatan, dan kebutuhan hidup sehari-harinya. Kehidupan masyarakat akan semakin sulit mengingat perubahan iklim yang mungkin akan terjadi. Selain hal diatas perubahan periode tanam juga terdampak dengan adanya perubahan iklim. Perubahan pola tanam terjadi akibat perubahan waktu pergantian musim kemarau dan penghujan yang berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya.

Agroforestri merupakan model pengelolaan hutan yang bertujuan untuk
meningkatkan produktifitas lahan berupa hasil hutan, hasil pertanian/ peternakan/ perikanan sehingga masyarakat dapat memperoleh hasil dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Prinsip dalam agroforestri adalah keseimbangan lingkungan, ekonomi dan sosial
. Secara sederhana agroforestry adalah menanam pohon dalam sistem pertanian. Dalam satu kawasan hutan terdapat pepohonan baik homogen maupun heterogen yang dikombinasikan dengan satu atau lebih jenis tanaman pertanian. Keuntungan yang dapat Secara sederhana agroforestry adalah menanam pohon dalam sistem pertanian. Dalam satu kawasan hutan terdapat pepohonan baik homogen maupun heterogen yang dikombinasikan dengan satu atau lebih jenis tanaman pertanian. Selain itu produktivitas tanaman kehutanan menjadi meningkat karena adanya pasokan unsur hara dan pupuk dari pengolahan tanaman pertanian serta daur ulang sisa tanaman. Hal ini jelas sangat menguntungkan petani karena dapat memperoleh manfaat ganda dari tanaman pertanian dan tanaman kehutanan.

Penanaman sistem pola tani agroforestry

Agroforestry dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu:

1. Agrisilviculture (komponen pertanian dan kehutanan)

2. Silvopature (komponen kehutanan dan peternakan)

3. Agrosilvopasture (komponen pertanian, kehutanan dan peternakan)

4. Silvofishery (komponen kehutanan dan perikanan)

5. Agrosilvofishery (komponen pertanian, kehutanan dan perikanan)

 

Adapun pola penggunaan ruang dalam sistem agroforestry dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Trees Along Border, yaitu model penanaman pohon di bagian pinggir dan tanaman pertanian berada di tengah lahan.

2. Alternative Rows, yaitu kombinasi antara satu baris pohon dengan beberapa baris tanaman pertanian secara berselang-seling.

3. Alternative Strips atau Alley Cropping, yaitu kombinasi dimana dua baris pohon dan tanaman pertanian ditanam secara berselang-seling.

4. Random Mixture, yaitu pengaturan antara pohon dan tanaman pertanian secara acak.


 Agroforestry untuk mitigasi

a.   Agroforestry yang terkait germaplasma

Agroforestry seperti ini merupakan koleksi jenis pohon dari hutan alam, dimana berbagai jenis pohon dapat dicampur sesuai dengan komposisi alam, dilapis kedua dapat ditanam pohon pengahasil buah dan tanaman penghasil pangan atau rempah di lapisan ketiga.

b.   Agroforestri yang terkait dengan adaptasi lokal

Contoh seperti ini dapat dilihat pada bentang lahan dengan sekelompok pohon yang mempunyai jenis sama, kelompok ini bisa menyebar secara terpisah dengan lainnya dengan jumlah anggota populasi yang relatif sama.

c.   Agroforestri yang terkait dengan plastisitas

Model ini fokus pada budidaya jenis pohon yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi yang lebih luas, atau mempunyai plastisitas yang tinggi, seperti Pinus payula, P.tecunumanii dan Eucalyptus sp (Dawson, , 2011).

 

Agroforestry untuk mitigasi

Maness (2009) mengemukakan terdapat 3 (tiga) proses dimana pengelolaan hutan dapat mengurangi konsentrasi gas rumah kaca, yaitu:

a) Strategi perlindungan stok (melalui kegiatan konservasi, penundaan panen, pencegahan
kebakaran dan pencegahan hama dan penyakit;

b) Strategi penyerapan karbon (melalui kegiatan penanaman, peningkatan stok karbon, penggunaan kayu yang sudah diawetkan)

c) Strategi penggunaan energi yang dapat diperbaharui, melalui produksi biomassa yang dapat diperbaharui untuk menggantikan energi fosil.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDY BANDING KE PEMEGANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN PERHUTANAN SOSIAL (IPHS) WONO LESTARI DESA WONOHARJO KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI

UPAYA PENGUATAN DAN PENDAMPINGAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KTH NGGAYUH LESTARI

PEMBERIAN BIBIT TANAMAN PRODUKTIF GUNA MENDUKUNG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DESA LEMBAH KECAMATAN BABADAN